Sosial Budaya
Pengertian Sistem Sosial Budaya
Sosial menurut Lena Dominelli adalah bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh didalamnya. Edward B. Tylor berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya termuat kepercayaan, pengetahuan, kesenian, moral, adat istiadat, hukum, dan kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh seseorang sebagai bagian dari masyarakat.
Perubahan sosial budaya bisa terjadi apabila satu kebudayaan melakukan kontak atau terjadi hubungan dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan juga pola budaya di dalam sebuah masyarakat.
Pengertian Sistem
Sistem adalah istilah yang artinya menggabungkan, untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama. Sistem adalah kumpulan elemen berhubungan yang menjadi kesatuan atau kebulatan yang kompleks. Sistem merupakan jarintan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, untuk menjalankan fungsi masing-masing untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu yang menjadi sasaran bersama.
Pengertian Sistem Budaya
Sistem Budaya merupakan bentuk abstrak dari kebudayaan.. Sistem budaya merupakan ide dan gagasan manusia yang hidup bermasyarakat. Ide manusia tersebut tidak terlepas melainkan berkaitan satu dengan lainnya dalam sebuah sistem. Oleh karena itu sistem budaya adalah salah satu bagian dari kebudayaan, yaitu adat istiadat yang didalamnya termasuk sistem norma, nilai budaya, dan semua norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Unsur-unsur Sistem Sosial Budaya
- Perasaan (sentiment)
- Keyakinan (pengetahuan)
- Norma Tujuan
- Tujuan
- Tingkatan atau pangkat (rank) Status dan peranan
- Status dan peranan
- Sanksi
- Kekuasaan atau pengaruh (power) Sanksi
- Tekanan ketegangaan (stress strain)
- Sarana atau fasilitas
Struktur Dan Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia
Konsep struktur sisoal adalah alat analisis yang diwujudkan untuk dapat membantu pemahaman terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan bersosial. Dasar yang juga penting adalah setruktur sosial yakni relasi-relasi sosial yang pasti penting untuk menentukan tingkah laku manusia, yang jika relasi sosial tersebut tidak dilakukan, maka masyarakat itu tak terwujud lagi. Struktur sosial juga bisa dilihat dari segi, peranan, status, norma, nilai-nilai serta institusi sosial dalam relasi.
Nilai merupakan pembentukan mentalitas yang telah dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga bisa menajdi sejumlah anggapan yang hakiki, baik, serta perlu juga dihargai. Sistem nilai yang harus bisa diwujudkan atau diselenggarakan dalam kehidupan bermasyarakat, benegara dan berbangsa ditemukan pada proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar negara ideologi atau falsafah Negara.
Jadi, struktur sistem sosial budaya Indonesia bisa mengarah terhadap nilai-nilai yang ada dalam pancasila yang teridiri :
- Tata nilai
Tata nilai ini meliputi:
- Nilai agama; * Nilai kebenaran; * Nilai moral; * Nilai vital; * Nilai material.
- Tata sosial
NKRI merupakan Negara hukum, seluruh orang ialah sama dimata hukum.Tata hukum di Indonesia merupakan sebuah sistem pengayoman yang mewujudkan keadilan serta kesejahteraan sosial untuk semua rakyat Indonesia.
- Tata laku
Untuk mewujudkan keadilan sosial untuk semua rakyat, maka tata laku harus berpedoman pada norma-norma yang berlaku, yakni, norma agama, norma kesopanan/kesusilaan, norma adat istiadat, horma hukum negara dan norma hukum setempat.
Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia
Masyarakat memiliki bentuk-bentuk struktual, yang dinamakan struktur sosial. Struktur sosial ini memiliki sifat yang statis serta bentuk dinamika masyarakat disebut proses sosial dan perubahan sosial. Masyarakat yang memiliki bentuk-bentuk strukturalnya tentu mengalami pola-pola prilaku yang berbeda-beda. masyarakat juga tergantung dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut.
Perkembangan dan perubahan pada masyarakat yang mengarah pada suatu dinamika sosial berawal dari masyarakat tersebut melakukan sebuah komunikasi dengan masyarakat lainnya, mereka membina hubungan baik itu secara kelompok ataupun perorangan.
Namun sebelum hubungan bisa terjadi perlu ada proses berkaitan dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat. Dengan masyarakat yang melihat nilai sisoal yang berkaitan dengan nilai sosial dan budaya masyarakat lain hubungan nisa terbentuk. Maka bisa diartikan bahwa proses sosial merupakan sebagai pengaruh rimbal balik antara semua segi kehidupan bersama.
Proses sistem sosial budaya Indonesia bagian yang tidak bisa terpisahkan dari proses pembangunan nasional
Pengalaman Pancasila, yang ada hakekat pembangunan semua rakyat Indonesia. pada dasarnya proses sistem sosial budaya Indonesia selalu memiliki keterkaitan dengan pembangunan nasional dimana berlangsung dan beriringan dengan pembangunan nasional,
bahkan terkadang dapat mendahului pembangunan nasional agar masyarakat bisa memerima pembangunan, lalu menyiapkan agar manusia dan masyarakat bisa mempunyai peran serta dalam proses pembangunan nasional tersebut dengan mempunyai kulitas sebagai berikut:
- Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Berbudi pekerti luhur
- Berkepribadian
- Bekerja keras
- Berdisiplin
- Tangguh
- Bertanggung jawab
- Mandiri
- Cerdas dan terampil
- Sehat jasmani dan rohani
- Cinta tanah air
- Memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial
- Percaya pada diri sendiri dan memiliki (harga diri)
- Inovatif dan kreatif
- Produktif dan berorientasi ke masa depan
Karena pembangunan nasional yang selalu bersamaan dengan proses sistem sosial bidaya Indonesia maka bila manusia atau masyarakat ikut dalam pembangunan nasional mereka juga ikut berperan dalam proses sistem sisoal budaya Indonesia sehingga komunikasi akan terjadi pada mereka yang kemudian hunungan bisa terjalin dengan baik. Hal tersbut bisa mengakibatkan dinamika sosial yang akan menuju pada perubahan dan perkembangan di masyarakat tersebut yang ke arah lebih baik.
Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Ada berbagai macam bentuk perubahan sosial. Bentuk-bentuk itu dibedakan berdasarkan sifat perubahan yang terjadi. Bentuk-bentuk perubahan sosial dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang waktu berlangsungnya, perubahan yang terjadi di masyarakat ada yang bersifat lambat (evolusi) dan ada pula yang cepat (revolusi). Kedua, dari sudut pandang ruang lingkup unsur-unsur yang berubah, ada yang perubahan kecil dan ada perubahan besar. Ketiga, dari sudut pandang kehendak agen perubahan (agent of change), ada perubahan yang dikehendaki atau direncanakan, dan ada pula perubahan yang tidak dikeehendaki atau tidak direncanakan. Berikut penjelasan satu persatu bentuk-bentuk perubahan tersebut.
- Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi
- Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu. Menurut Soerjono Soekanto (1987), terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
- 1) Unilinier Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
- 2) Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
- 3) Multilined Theories of Evolution
Teori ini menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
- Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembagalembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan. Revolusi sering kali diawali adanya ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain:
- Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
- Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
- Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
- Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
- Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat, sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.
Wujud Kebudayaan
- GagasanGagasan,ide, nilai, atau norma merupakan bentuk ideal dari kebudayaan
- AktivitasBentuk kebudayaan aktivitas adalah sistem sosial berupa tindakan berpola manusia dalam masyarakat.
- ArtefakArtefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang bisa di lihat, diraba, ataupun didokumentasikan hasil karya atau perbuatan manusia.
Proses Perubahan Sosial Budaya
Menurut Alvin L. Bertrand, proses awal perubahan sosial adalah adanya komunikasi. Melalui kontak dan komunikasi, unsur-unsur kebudayaan baru dapat menyebar baik berupa ide-ide, gagasan, keyakinan, maupun kebendaan. Proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu masyarakat kepada masyarakat lainnya disebut proses difusi. Proses berlangsungnya difusi akan mendorong terjadinya akulturasi, asimilasi, dan akomodasi. Berikut penjelasan dari kesemua proses tersebut.
Difusi
Difusi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang perorangan kepada orang perorangan yang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Misalnya, terdapat penemuan baru dalam suatu masyarakat, maka penemuan itu dapat diteruskan dan disebarkan kepada masyarakat yang lain dengan cara difusi sehingga mereka pun dapat menikmati manfaat dari penemuan baru itu. Oleh karena itu, difusi dapat menjadi pendorong bagi tumbuhnya suatu kebudayaan dan menambah kebudayaan-kebudayaan manusia yang telah ada.
Masuknya unsur-unsur kebudayaan baru secara difusi dapat terjadi dengan cara-cara sebagai berikut.
- Hubungan Simbiotik
Hubungan simbiotik adalah suatu hubungan di mana bentuk dari masing masing kebudayaan hampir tidak berubah. Contoh: pertukaran pelajar antarnegara.
- Secara Damai (Penetration Pacifique)
Dengan cara ini, unsur-unsur kebudayaan baru masuk ke suatu kebudayaan secara damai. Contohnya yaitu perubahan model baju. Banyak tren-tren baju saat ini yang dipengaruhi oleh budaya luar. Unsur-unsur asing ini diterima dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan.
- Peperangan (Kekerasan)
Unsur kebudayaan baru yang dapat dimasukkan secara paksa ke dalam kebudayaan penerimanya. Cara seperti ini dapat dilakukan dengan peperangan.
Akulturasi
Akulturasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru dari luar secara lambat dengan tidak menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan sendiri. Contoh, budaya selamatan merupakan bentuk akulturasi antara budaya lokal dalam budaya Jawa dengan budaya Islam.
Asimilasi
Asimilasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar yang bercampur dengan unsur-unsur kebudayaan lokal menjadi unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda. Contoh, membaurnya etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Proses asimilasi akan berlangsung lancar dan cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong, yaitu:
- Adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda.
- Adanya kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
- Adanya sikap menghargai terhadap hadirnya orang asing dan kebudayaan yang
- Adanya sikap terbuka dari golongan berkuasa.
- Adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama.
- Terjadinya perkawinan campuran.
- Adanya musuh bersama dari luar.
Selain faktor-faktor pendorong terdapat juga faktor-faktor yang dapat menghambat proses asimilasi antara lain:
- Letak geografis yang terisolasi.
- Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain.
- Adanya ketakutan terhadap budaya lain.
- Adanya sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya sendiri.
- Perasaan in-group yang kuat.
- Adanya perbedaan kepentingan.
Akomodasi
Akomodasi adalah proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan lokal. Contoh, penerimaan ide demokrasi dan ide tentang HAM dari kebudayaan Barat. Proses penerimaan ini tentunya membawa perubahan pada masyarakat yang bersangkutan. Karenanya melalui proses akomodasi perubahan sosial dapat terjadi. Namun, dalam hal-hal tertentu proses akomodasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan luar dalam rangka menghindari konflik.
Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Kontak dengan Budaya Lain
Berhubungan dengan budaya lain dapat pula mendorong munculnya perubahan sosial. Karena bila dua kebudayaan saling bertemu maka kedua kebudayaan tersebut akan saling memengaruhi yang akhirnya membawa perubahan. Hubungan atau kontak dengan kebudayaan lain dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu difusi, akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan formal dalam hal ini berarti pendidikan yang ditempuh melalui jenjang-jenjang pendidikan seperti SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dengan pendidikan, kita dapat membuka pikiran serta menerima hal-hal baru. Selain itu, kita dapat membandingkan kebudayaan mana yang mampu memenuhi kebutuhan kita serta kebudayaan mana yang tidak sesuai. Melalui pengetahuan itu, mendorong individu mengadakan perubahan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan-Keinginan untuk Maju
Sikap tersebut merupakan salah satu sikap yang mendorong munculnya penemuan-penemuan sosial yang membawa perubahan sosial. Hal ini dikarenakan jika hasil karya seseorang dihargai, maka seseorang akan terpacu untuk menemukan sesuatu yang baru.
Sistem Terbuka dalam Lapisan-Lapisan Masyarakat
Sistem terbuka ini memungkinkan adanya gerak sosial vertikal sehingga memberi kesempatan seseorang untuk maju. Adanya kesempatan untuk menaiki stratifikasi tinggi yang disediakan oleh sistem ini mendorong seseorang melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen akan lebih mudah melakukan perubahan. Contoh, masyarakat Indonesia yang memiliki kebudayaan dan ras yang berbeda-beda. Masyarakat tersebut akan sangat mudah mengalami pertentangan. Pertentangan- pertentangan yang terjadi tentunya dapat menimbulkan keguncangan yang pada akhirnya mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat.
Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu
Adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu bidang tertentu, mendorong masyarakat melakukan perubahan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia. Perubahan-perubahan ini timbul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap cara kerja pemerintah.
Faktor Penghambat Perubahan Sosial
Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi di masyarakat lain. Mereka terkungkung dalam tradisinya sendiri dan tidak mengalami perubahan. Padahal kebudayaan lain dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan kunci terjadinya perubahan sosial budaya.
Sikap Masyarakat yang Sangat Tradisional
Masyarakat tradisional biasanya bersikap mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah. Anggapan inilah yang menghambat adanya proses perubahan sosial. Keadaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila yang berkuasa dalam masyarakat yang bersangkutan adalah golongan konservatif.
Rasa Takut akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan
Pada dasarnya semua unsur kebudayaan tidak mungkin berintegrasi dengan sempurna. Namun demikian, terdapat beberapa unsur tertentu memiliki derajat integrasi yang tinggi. Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat merasa khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahanperubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu masyarakat dimungkinkan karena kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup. Namun, dapat pula dikarenakan sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Biasanya masyarakat yang dijajah dengan sengaja dibiarkan terbelakang oleh masyarakat yang menjajah. Hal ini dimaksudkan menjaga kemurnian masyarakat guna mencegah terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Adat atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Adat dan kebiasaan ini dapat berupa kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, dan cara berpakaian tertentu. Adat dan kebiasaan tersebut sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehingga sukar untuk diubah.
Prasangka terhadap Hal-Hal yang Baru atau Sikap yang Tertutup
Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah. Mereka selalu mencurigai sesuatu yang berasal dari negara-negara Barat. Secara kebetulan unsur-unsur baru kebanyakan berasal dari negara-negara Barat. Sehingga segala sesuatu yang berasal dari negara-negara Barat mendapat prasangka buruk oleh masyarakat setempat.
Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam masyarakat)
- Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Contoh, dengan adanya urbanisasi, mencetak pengangguran-pengangguran baru yang menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan. Situasi ini mengakibatkan tingginya angka kriminalitas di kota-kota besar. Sedangkan berkurangnya penduduk karena urbanisasi mengakibatkan kekosongan yang berakibat berubahnya bidang pembagian kerja, stratifikasi sosial, dan lain-lain.
- Penemuan-Penemuan Baru (Inovasi)
Penemuan-penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan dapat dibedakan menjadi discovery dan invention. Discovery merupakan penemuan baru dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa alat baru ataupun berupa suatu ide yang baru. Contoh, penemuan mobil diawali dengan pembuatan motor gas oleh S. Marcus. Selanjutnya, discovery menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, bahkan menerapkan penemuan tersebut. Adanya mobil yang telah disempurnakan menjadi sebuah alat pengangkutan manusia merupakan salah satu wujud invention. Invention menunjuk pada upaya menghasilkan suatu unsur kebudayaan baru dengan mengombinasikan atau menyusun kembali unsur-unsur kebudayaan lama yang telah ada dalam masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, faktor-faktor pendorong individu mencari penemuan baru sebagai berikut.
a) Kesadaran dari orang per orang akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu keadaan.
c) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
- Konflik dalam Masyarakat
Pertentangan atau konflik dalam masyarakat mampu pula menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Secara umum pertentangan tersebut dapat berupa pertentangan antarindividu, antara individu dengan kelompok, antarkelompok serta konflik antargenerasi. Pada umumnya akibat konflik dapat merenggangkan kekeluargaan atau golongan. Hal inilah yang menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat.
- Pemberontakan dan Revolusi
Pada umumnya pemberontakan terjadi karena adanya ketidakpuasan anggota masyarakat terhadap suatu sistem pemerintahan yang ada. Oleh karena situasi dan kondisi ini mendorong munculnya revolusi sebagai wujud dari pemberontakan. Adanya revolusi akan membawa perubahanperubahan yang besar dan berlangsung cepat. Misalnya, revolusi Mei yang terjadi di Indonesia, perubahan-perubahan besar terjadi di Indonesia baik perubahan kepala negara, wakil kepala negara, struktur kabinet sampai pada perilaku warga masyarakat. Masyarakat menjadi lebih berani mengkritisi cara kerja pemerintah.
Fungsi Sistem Sosial Budaya
Fungsi sistem budaya adalah untuk menata dan juga menetapkan tidakan serta tingkah laku masyarakat(manusia). Proses pembelajaran sistem ini dilakukan dengan pembudayaan atau pelembagaan yang bertujuan untuk dapat menyesuaikan diri(pikiran dan sikap) denngan norma adat, dan peraturan yang hidup di lingkungan kebudayaannya.
Proses pembelajaran dilakukan mulai dari kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan diluar rumah, dan lingkungan selanjutnya. Dimulai dari meniru apapun(sesuatu yang baik) yang ada di lingkungan tersebut kemudian tindakan tersebut akan menimbulkan dorongan untuk dimasukkan kedalam kepribadian sehingga menjadi pola dan norma yang mengatur tindakan yang dibudayakan. Tidak semua orang mampu untuk beradaptasi dengan sistem budaya di lingkungan sosial atau disebut juga deviants.
DAFTAR PUSTAKA
Suhardi, Sri Sunarti. 2009. Sosiologi 3. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Laning, Vina Dwi. 2009. Sosiologi. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
http://id.wikipedia.org/ , diakses Sabtu, 27 November 2010
http://syair79.files.wordpress.com/, diakses Jumat, 10 Desember 2010